MENGANALISIS
TEKS RAGAM LISAN DAN TULIS SERTA MENEMUKAN PERBEDAAN RAGAM BAHASA LISAN DAN
BAHASA TULIS
Diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah menulis dasar
Disusun Oleh :
Indah Mardiana 2017112004
Novi Nuraini 2017112005
Renaldi Pernando 2017112006
Dosen Pembimbing :
Dr. Dessy Wardiah,.M.Pd
Jurusan :
Pendidikan Bahasa dan Seni
Program Studi :
Pendidikan Bahasa Indonesia
1A
UNIVERSITAS
PGRI PALEMBANG
TAHUN
AJARAN 2017
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur penulis
panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga tim
penyusun dapat menyelesaikan makalah ragam tulis dan lisan serta menemukan
perbedaan ragam bahasa lisan dan bahasa tulis dalam mata kuliah menulis dasar.
Makalah ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah menulis
dasar. Dan makalah ini berjudul makalah ragam tulis dan lisan serta menemukan
perbedaan ragam bahasa lisan dan bahasa tulis.
Dalam penyusunan
makalah ini penulis telah banyak menerima bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkenan
membantu dalam penulisan makalah mata kuliah ini. Makalah ini di buat untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah menulis dasar yang didalamnya akan
membahas tentang analisis teks ragam tulis dan lisan serta menemukan perbedaan
ragam bahasa lisan dan bahasa tulis.
Tim penyusun sangat
menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Dengan kerendahan
hati, kami mengharapkan kritik dan saran untuk bisa dijadikan pegangan dalam
menghasilkan makalah yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat kepada para pembaca.
Palembang, Oktober 2017
Tim Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Peranan
bahasa yang utama ialah sebagai sarana atau media untuk menyampaikan maksud dan
perasaan seseorang kepada orang lain. Sebagai mahluk sosial manusia tidak bisa
mengandalkan kemampuannya sendiri. Manusia perlu berinteraksi dan berkomunikasi
dengan sesamanya untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Manusia sebagai
makluk sosial bersifat dinamis, selalu membutuhkan hubungan sosial dengan
manusia lainnya
Bahasa Indonesia juga merupakan bahasa
ibu dari bangsa Indonesia yang sudah dipakai oleh masyarakat Indonesia sejak
dahulu jauh sebelum Belanda menjajah Indonesia, namun tidak semua orang
menggunakan tata cara atau aturan-aturan yang benar, tatkala banyak sebagian
orang yang bahkan salah menyebutkan, menulis, bahkan membaca ragam bahasa
Indonesia.
Pada pengetahuan bahasa Indonesia
itu sendiri banyak yang sukar akan ejaan dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, oleh
karena itu pengetahuan menganalisis ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis,
serta mengetahui unsur-unsur gramatikal dan tata cara penulisan huruf juga
unsur serapan cukup penting untuk mempelajarinya secara menyeluruh yang
akhirnya bisa diterapkan dan dapat digunakan dengan baik dan benar sehingga
identitas kita sebagai bangsa Indonesia tidak akan hilang.
1.2
RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas,dapat diambil rumusan
masalah sebagai berikut:
A. Apa
yang dimaksud dengan ragam bahasa lisan ?
B. Apa
yang dimaksud dengan ragam bahasa tulis ?
C. Pengertian
unsur gramatikal ?
D. Unsur-unsur
gramatikal ; kata, kalimat, paragfraf, dan wacana ?
E. Tata
cara penulisan huruf ?
F.
Pengertian dan contoh Unsur serapan ?
1.3
TUJUAN
DAN MANFAAT
Dalam penyusunan makalah ini bertujuan untuk mendapatkan
informasi tentang,
1) Memahami
dan mengetahui apa dan bagaimana ragam bahasa lisan dan bahasa tulis.
2) Mengetahui
apa saja unsur-unsur gramatikal pada kata, kalimat, paragraf dan wacana.
3) Mengetahui
tata cara penulisan huruf yang baik dan benar.
4) Mengetahui
dan memahami apa saja yang terdapat pada unsur serapan.
Manfaat yang akan didapatkan dari makalah ini untuk
menambah wawasan dan mengetahui akan pentingnya kita dalam berbahasa Indonesia
dengan baik dan benar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN RAGAM BAHASA LISAN DAN BAHASA
TULIS
Bahasa
mengalami perubahan seiring dengan perubahan masyarakat. Perubahan itu berupa
variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai keperluannya. Agar banyaknya variasi
tidak mengurangi fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang efisien, dalam
bahasa timbul mekanisme untuk memilih variasi tertentu yang cocok untuk
keperluan tertentu yang disebut ragam standar (Subarianto, 2000). Ragam bahasa
adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang
dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan,
serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990).
Menurut Felicia (2001
: 8), ragam bahasa dibagi berdasarkan :
Media pengantarnya atau
sarananya, yang terdiri atas : Ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis.
A. Pengertian
ragam bahasa lisan
Ragam lisan adalah bahasa yang diujarkan
oleh pemakai bahasa. Kita dapat menemukan ragam lisan yang standar, misalnya
pada saat orang berpidato atau memberi sambutan, dalam situasi perkuliahan,
ceramah, dan ragam lisan yang tidak standar, misalnya dalam percakapan
antarteman, di pasar, atau dalam kesempatan nonformal lainnya.
Ciri-ciri ragam bahasa
lisan :
- Memerlukan
kehadiran orang lain
- Unsur
dramatikal tidak dinyatakan secara lengkap
- Terikat
ruang dan waktu
- Dipengaruhi
oleh tinggi rendahnya suara
Kelebihan ragam bahasa
lisan :
- Dapat
disesuaikan dengan situasi
- Faktor
efisiensi
- Faktor
kejelasan karena pembicara menambahkan unsur lain berupa tekanan dan gerak
anggota badan agar pendengar mengerti apa yang dikatakan seperti situasi, mimik,
dan gerak-gerak pembicara
- Faktor
kecepatan, pembicara segera melihat reaksi pendengar terhadap apa yang
dibicarakannya
- Lebih
bebas bentuknya karena faktor situasi yang memperjelas pengertian bahasa yang
dituturkan oleh penutur
- Penggunaan
bahasa lisan bisa berdasarkan pengetahuan dan penafsiran dari informasi audiens,
visual, dan kognitif.
Kekurangan ragam bahasa
lisan :
- Bahasa
lisan berisi beberapa kalimat yang tidak lengkap, bahkan terdapat frase-frase
sederhana
- Penutur
sering mengulangi beberapa kalimat
- Tidak
semua orang bisa melakukan bahasa lisan
- Aturan-aturan
bahasa yang dilakukan tidak formal.
B.
Pengertian
ragam bahasa tulis
Ragam tulis adalah bahasa yang ditulis
atau yang tercetak. Ragam tulis pun dapat berupa ragam tulis yang standar
maupun yang nonstandard. Ragam tulis yang standar kita temukan dalam buku-buku
pelajaran, teks, majalah, surat kabar, poster, iklan. Sedangkan ragam tulis
yang nonstandard dapat kita temukan dalam majalah remaja, iklan atau poster.
Ciri-ciri ragam bahasa
tulis :
- Tidak
memerlukan kehadiran orang lain
- Unsur
gramatikal dinyatakan secara lengkap
- Tidak
terikat ruang dan waktu
- Dipengaruhi
oleh tanda baca atau ejaan.
Kelebihan ragam bahasa
tulis :
- Informasi
yang disajikan bisa dipilih untuk dikemas sebagai media atau materi yang
menarik dan menyenangkan
- Umumnya
memiliki kedekatan budaya dengan kehidupan masyarakat
- Sebagai
sarana memperkaya kosakata
- Dapat
digunakan untuk menyampaikan maksud, membeberkan informasi atau mengungkap
unsur-unsur emosi sehingga mampu mencanggihkan wawasan pembaca.
Kekurangan ragam bahasa
tulis :
- Alat
atau sarana yang memperjelas pengertian seperti bahasa lisan itu tidak ada
akibatnya bahasa tulisan harus disusun lebih sempurna
- Tidak
mampu menyajikan berita secara lugas, jernih dan jujur, jika harus mengikuti
kaidah-kaidah bahasa yang dianggap cenderung miskin daya pikat dan nilai jual
- Yang
tidak ada dalam bahasa tulisan tidak dapat diperjelas/ditolong, oleh karena itu
dalam bahasa tulisan diperlukan keseksamaan yang lebih besar.
Contoh
perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis berdasarkan tata bahasa dan
kosa kata :
1. Tata
Bahasa
a. Ragam
Lisan
- Nia
sedang baca surat kabar.
- Mereka
tinggal di Menteng.
b. Ragam
Tulis
- Nia
sedang membaca surat kabar.
- Mereka
bertempat tinggal di Menteng.
2. Kosa
kata
a. Ragam
Lisan
- Ariani
bilang kalau kita harus belajar.
- Kita
harus bikin karya tulis.
b. Ragam
Tulis
- Ariani
mengatakan bahwa kita harus belajar.
- Kita
harus membuat karya tulis.
Istilah
lain yang digunakan selain ragam bahasa baku adalah ragam bahasa standar, semi
standard an nonstandard
2.2 UNSUR-UNSUR GRAMATIKAL
A. PENGERTIAN
GRAMATIKAL
GRAMATIKAL adalah antara unsur-unsur bahasa dalam
satuan yang lebih besar, misalnya hubungan antara kata dengan kata yang lain
dalam frasa atau kalimat. Atau Makna gramatikal adalah makna yang
berubah-ubah sesuai dengan konteks.
Berikut yang terdapat pada
unsur-unsur gramatikal :
1. 1. KATA
Kata
adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna tertentu. Dalam KBBI(Kamus
Besar Bahasa Indonesia) kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau
dituliskanyang merupakan perwujudan suatu perasaan dan pikiran yang dapat
dipakai dalam berbahasa.Dari segi bahasa kata diartikan sebagai kombinasi
morfem yang dianggap sebagai bagianterkecil dari kalimat.
CIRI-CIRI KATA DAN
BENTUK KELAS KATA
Kelas kata Menurut Abdul Chaer dalam buku “Tata Bahasa
Praktis Bahasa Indonesia” halaman 86-194.
1. Kata Benda
2. Kata Ganti
3. Kata Kerja
4. Kata Sifat
5. Kata Sapaan
6. Kata Petunjuk
7. Kata Bilangan
8. Kata Penyangkal
9. Kata Depan
10. Kata Penghubung
11. Kata Keterangan
12. Kata Tanya
13. Kata Seru
14. Kata Sandang
15. Kata Partikel
1. Kata Benda
2. Kata Ganti
3. Kata Kerja
4. Kata Sifat
5. Kata Sapaan
6. Kata Petunjuk
7. Kata Bilangan
8. Kata Penyangkal
9. Kata Depan
10. Kata Penghubung
11. Kata Keterangan
12. Kata Tanya
13. Kata Seru
14. Kata Sandang
15. Kata Partikel
CIRI-CIRI KELAS KATA
Kata Benda
a. Berawalan pe-, seperti pemuda, pemenang, dan penyair.
b. Berakhiran –an, seperti bendungan, bantuan dan asuhan.
c. Berakhiran –nya, seperti besarnya, naiknya, dan jauhnya.
d. Berimbuhan gabung pe-an, seperti pembangunan, pengembangan, dan pelebaran.
e. Berimbuhan gabungan per – an, seperti pertemuan, pertambangan dan persatuan.
f. Berimbuhan gabung ke-an, seperti keadilab, kebijaksanaan dan kekayaan.
g. Kata yang diikuti dengan frase “yang” …. atau “ yang sangat” misalnya : jalan (yang bagus), pemuda (yang sangat rajin).
Kata Benda
a. Berawalan pe-, seperti pemuda, pemenang, dan penyair.
b. Berakhiran –an, seperti bendungan, bantuan dan asuhan.
c. Berakhiran –nya, seperti besarnya, naiknya, dan jauhnya.
d. Berimbuhan gabung pe-an, seperti pembangunan, pengembangan, dan pelebaran.
e. Berimbuhan gabungan per – an, seperti pertemuan, pertambangan dan persatuan.
f. Berimbuhan gabung ke-an, seperti keadilab, kebijaksanaan dan kekayaan.
g. Kata yang diikuti dengan frase “yang” …. atau “ yang sangat” misalnya : jalan (yang bagus), pemuda (yang sangat rajin).
Kata Kerja
a. Kata-kata yang dapat diikuti oleh frasa dengan …….., baik yang menyatakan alat, yang menyatakan keadaan, maupun yang menyatakan penyerta, disebut kata kerja, misalnya:
– Pergi (dengan adik)
– Berjalan (dengan gembira)
– Menulis ( dengan musuh)
b. Kata kerja dasar seperti : pergi, pulang, tulis, tanya dll.
c. Kata kerja berimbuhan sesperti:
– awalan Me-, seperti kata-kata menulis, membaca dan melihat.
– awalan ber-, seperti kata-kata berdiri, berlatih dan berkuda
– awalan di-, seperti pada kata-kata ditulis, dibaca, dan dilihat
– awalan ter-, seperti pada kata-kata tertulis, terbaca, dan terlihat
– awalan per-, seperti pada kata-kata perpanjang, percepat, dan persingkat
– awalan –kan, seperti pada kata-kata tuliskan, abacakan, dan damaikan
– awalan –i, seperti pada kata-kata tulisi, datangi dan diami.
a. Kata-kata yang dapat diikuti oleh frasa dengan …….., baik yang menyatakan alat, yang menyatakan keadaan, maupun yang menyatakan penyerta, disebut kata kerja, misalnya:
– Pergi (dengan adik)
– Berjalan (dengan gembira)
– Menulis ( dengan musuh)
b. Kata kerja dasar seperti : pergi, pulang, tulis, tanya dll.
c. Kata kerja berimbuhan sesperti:
– awalan Me-, seperti kata-kata menulis, membaca dan melihat.
– awalan ber-, seperti kata-kata berdiri, berlatih dan berkuda
– awalan di-, seperti pada kata-kata ditulis, dibaca, dan dilihat
– awalan ter-, seperti pada kata-kata tertulis, terbaca, dan terlihat
– awalan per-, seperti pada kata-kata perpanjang, percepat, dan persingkat
– awalan –kan, seperti pada kata-kata tuliskan, abacakan, dan damaikan
– awalan –i, seperti pada kata-kata tulisi, datangi dan diami.
Kata Ganti
1. Kata ganti orang pertama (mengganti diri orang yang berbicara):
– saya
– Aku ku
– Kami
– Kita
Contoh : Adik bertanya kepada paman, “Paman, bolehkah saya kerumah Paman?’ (saya = adik)
2. Kata ganti orang kedua (mengganti orang yang diajak bicara)
– Kamu
– Engkau
– Anda
– Kalian
Contoh : Mengapa kemarin kamu tidak sekolah?’ tanya Hasan pada Ali temannya sekelas.
Kata ganti orang ketiga (mengganti diri orang yang dibicarakan)
– Ia
– Dia
– – nya
– Beliau
– Mereka
– Mendiang
– Almarhum
Contoh : Hasan adalah murid baru dikelas V. Ia tinggal di Jalan Surabaya. ( Ia = Hasan).
1. Kata ganti orang pertama (mengganti diri orang yang berbicara):
– saya
– Aku ku
– Kami
– Kita
Contoh : Adik bertanya kepada paman, “Paman, bolehkah saya kerumah Paman?’ (saya = adik)
2. Kata ganti orang kedua (mengganti orang yang diajak bicara)
– Kamu
– Engkau
– Anda
– Kalian
Contoh : Mengapa kemarin kamu tidak sekolah?’ tanya Hasan pada Ali temannya sekelas.
Kata ganti orang ketiga (mengganti diri orang yang dibicarakan)
– Ia
– Dia
– – nya
– Beliau
– Mereka
– Mendiang
– Almarhum
Contoh : Hasan adalah murid baru dikelas V. Ia tinggal di Jalan Surabaya. ( Ia = Hasan).
Kata Sifat
1. Kata-kata yang dapat diikuti dengan kata keterangan sekali serta dapat dibentuk menjadi kata yang berimbuhan se – / -nya. Contoh :
– indah ( indah sekali, seindah-indahnya)
– Bagus ( bagus sekali, sebagus-bagusnya)
2. Tempat kata sifat pada tingkat frase adalah dibelakang kata benda yang sifatnya, misalnya besar, indah dan kecil. Contoh : rumah besar, pemandangan indah.
3. Dalam gabungan kata berupa idiom kata sifat dapat menduduki posisi awal atau berada dimuka kata benda. Misalnya : Panjang tangan, yang berarti pencuri.
4. Gabungan kata bermakna perbandingan, kata sifat tersebut terletak dimuka kata benda. Misalnya merah delima, manis jambu.
5. Pada tingkat klausa/ kalimat kata sifat dapat menduduki fungsi, predikat, seperti : anak itu nakal, adikku gemuk sekali
1. Kata-kata yang dapat diikuti dengan kata keterangan sekali serta dapat dibentuk menjadi kata yang berimbuhan se – / -nya. Contoh :
– indah ( indah sekali, seindah-indahnya)
– Bagus ( bagus sekali, sebagus-bagusnya)
2. Tempat kata sifat pada tingkat frase adalah dibelakang kata benda yang sifatnya, misalnya besar, indah dan kecil. Contoh : rumah besar, pemandangan indah.
3. Dalam gabungan kata berupa idiom kata sifat dapat menduduki posisi awal atau berada dimuka kata benda. Misalnya : Panjang tangan, yang berarti pencuri.
4. Gabungan kata bermakna perbandingan, kata sifat tersebut terletak dimuka kata benda. Misalnya merah delima, manis jambu.
5. Pada tingkat klausa/ kalimat kata sifat dapat menduduki fungsi, predikat, seperti : anak itu nakal, adikku gemuk sekali
Kata Sapaan.
Kata sapaan itu tak mempunyai penbendaharaan kata sendiri tetapi menggunakan kata-kata dari perbendaharaan nama diri dan kata nama perkerabatan.
Contoh: San (Bentuk untuh : Hasan)
Li (Bentuk utuh : Ali)
Pak (Bentuk utuh Bapak)
Yah (Bentuk utuh Ayah)
Kata sapaan itu tak mempunyai penbendaharaan kata sendiri tetapi menggunakan kata-kata dari perbendaharaan nama diri dan kata nama perkerabatan.
Contoh: San (Bentuk untuh : Hasan)
Li (Bentuk utuh : Ali)
Pak (Bentuk utuh Bapak)
Yah (Bentuk utuh Ayah)
Kata Penunjuk
1. Ini : digunakan untuk menunjuk kata benda yang letaknya relatif dekat dengan si pembicara
2. Itu : digunakan untuk menunjuk benda yang letaknya relatif jauh, contoh : Itu si Unyil, mobil itu di jual.
1. Ini : digunakan untuk menunjuk kata benda yang letaknya relatif dekat dengan si pembicara
2. Itu : digunakan untuk menunjuk benda yang letaknya relatif jauh, contoh : Itu si Unyil, mobil itu di jual.
Kata Bilangan
Kata yang menyatakan jumlah, nomor, urutan, atau kumpulan.
Contoh : Kata bilangan utama satu, dua, tiga sebelas.
Kata bilangan tingkat pertama, kedua, kesebelas.
Kata bantu bilangan, seseorang, dua buah, seekor dan lain-lain.
Kaya bantu bilangan lain, setanggai, setandan, sehelai dan lain-lain.
Kata yang menyatakan jumlah, nomor, urutan, atau kumpulan.
Contoh : Kata bilangan utama satu, dua, tiga sebelas.
Kata bilangan tingkat pertama, kedua, kesebelas.
Kata bantu bilangan, seseorang, dua buah, seekor dan lain-lain.
Kaya bantu bilangan lain, setanggai, setandan, sehelai dan lain-lain.
Kata Penyangkal
Kata penyangkal dalam Bahasa Indonesia adalah:
– Tiada, tak = saya tidak mengambil bukumu.
– Tiada, didaerah itu tiada air
– Bukan, ini bukan mangga.
– Tanpa, tanpa saya dia tak mau pergi.
Kata penyangkal dalam Bahasa Indonesia adalah:
– Tiada, tak = saya tidak mengambil bukumu.
– Tiada, didaerah itu tiada air
– Bukan, ini bukan mangga.
– Tanpa, tanpa saya dia tak mau pergi.
Kata Depan
Kata yang digunakan di muka kata benda untuk menghubungkan kata dengan klausa dengan klausa/kalimat dengan kalimat. Contoh kata depan:
1. Tempat berada: di, pada, dalam, atas dan antara.
2. Arah asal : dari
3. Arah tujuan: ke, kepada, akan dan terhadap.
4. Pelaku : oleh
5. Alat : dengan dan berkat.
6. Perbandingan : daripada
7. Hal/ masal : tentang, mengenai.
8. Akibat : hingga, sampai
9. Tujuan : untuk, buat. Guna dan bagi.
10. Demi dan menurut.
Kata yang digunakan di muka kata benda untuk menghubungkan kata dengan klausa dengan klausa/kalimat dengan kalimat. Contoh kata depan:
1. Tempat berada: di, pada, dalam, atas dan antara.
2. Arah asal : dari
3. Arah tujuan: ke, kepada, akan dan terhadap.
4. Pelaku : oleh
5. Alat : dengan dan berkat.
6. Perbandingan : daripada
7. Hal/ masal : tentang, mengenai.
8. Akibat : hingga, sampai
9. Tujuan : untuk, buat. Guna dan bagi.
10. Demi dan menurut.
Kata Penghubung
Kata ini digunakan untuk menghubungkan kata dengna klausa dengan klausa/kalimat dengan kalimat. Contoh:
1. Untuk akta penghubung sederajat: dan, dengan, serta atau, sedangkan, selanjutnya, adalah dan lain-lain.
2. Untuk penghubung tak sederajat : sebab, jika, bila, sebagai, sehingga, sesudah dan lain-lain.
Kata ini digunakan untuk menghubungkan kata dengna klausa dengan klausa/kalimat dengan kalimat. Contoh:
1. Untuk akta penghubung sederajat: dan, dengan, serta atau, sedangkan, selanjutnya, adalah dan lain-lain.
2. Untuk penghubung tak sederajat : sebab, jika, bila, sebagai, sehingga, sesudah dan lain-lain.
Kata Keterangan
Kata ini memberi penjelasan pada kalimat/bagian kalimat lain yang sifatnya tak menerangkan keadaan/ sifat.
1. Kepashan yaitu kata, memang, pasti, justru.
2. Keraguan/kesangsian yaitu kalau, barangkali, mungkin, kiranya, rasanya, agaknya, rupanya.
3. Harapan, yaitu kata-kata, seringkali, sekali-sekali, sesekali, acapkali, jarang.
Kata ini memberi penjelasan pada kalimat/bagian kalimat lain yang sifatnya tak menerangkan keadaan/ sifat.
1. Kepashan yaitu kata, memang, pasti, justru.
2. Keraguan/kesangsian yaitu kalau, barangkali, mungkin, kiranya, rasanya, agaknya, rupanya.
3. Harapan, yaitu kata-kata, seringkali, sekali-sekali, sesekali, acapkali, jarang.
Kata Tanya
Kata ini digunakn sebagai pembantu, didalam kalimat yang menyatakan pertanyaan. Contoh: apa, siapa, mengapa, kenapa, bagaimana, berapa , mana, kapan, bila, bilamana.
Kata ini digunakn sebagai pembantu, didalam kalimat yang menyatakan pertanyaan. Contoh: apa, siapa, mengapa, kenapa, bagaimana, berapa , mana, kapan, bila, bilamana.
Kata Seru
Kata yang digunakan untuk menggungkapkan perasaan bahwa, misalnya: Karena kaget, terharu, marah, kagum, sedih dan lain-lain.
Contoh : – Kata seru berupa kata-kata singkat : wah, cih, hai, o, nah, na, dan hah.
– Kata serupa berupa kata-kata biasa: aduh, celaka gila, kasihan, bangsat ya ampun.
– Kata seru serapan: astaga, masya allah, alhamdulillah.
Kata yang digunakan untuk menggungkapkan perasaan bahwa, misalnya: Karena kaget, terharu, marah, kagum, sedih dan lain-lain.
Contoh : – Kata seru berupa kata-kata singkat : wah, cih, hai, o, nah, na, dan hah.
– Kata serupa berupa kata-kata biasa: aduh, celaka gila, kasihan, bangsat ya ampun.
– Kata seru serapan: astaga, masya allah, alhamdulillah.
Kata
Sandang
Dalam bahasa Indonesia kata sandang digunkan menjadi penentu didepan kata nama diri, kata perkerabatan, kata sifat, Sri dan Sang.
Contoh: Itu Si Hasan
Sang kancil telah sampai duluan.
Dalam bahasa Indonesia kata sandang digunkan menjadi penentu didepan kata nama diri, kata perkerabatan, kata sifat, Sri dan Sang.
Contoh: Itu Si Hasan
Sang kancil telah sampai duluan.
Kata Partikel
Kata yang digunakan untuk penegasan
1. – kah (menegaskan). Contoh:
Apakah isi lemari ini
Cukupkah uang itu
2. –tah (digunakan pada akhir kata tanya dalam kalimat tanya). Contoh:
Apatah dayaku menghadapi cobaan
3. – lah (menghaluskan dalam kalimat perintah). Contoh:
Keluarkanlah buku tulismu.
4. pun (penegasan). Contoh:
saya tak tahu, dia pun tidak tahu.
5. per- (menyatakan makna ‘setiap’ atau ‘mulai’) Contoh:
Harganya Rp. 1.000,00 perlembar.
Gaji PNS naik per 1 April.
Kata yang digunakan untuk penegasan
1. – kah (menegaskan). Contoh:
Apakah isi lemari ini
Cukupkah uang itu
2. –tah (digunakan pada akhir kata tanya dalam kalimat tanya). Contoh:
Apatah dayaku menghadapi cobaan
3. – lah (menghaluskan dalam kalimat perintah). Contoh:
Keluarkanlah buku tulismu.
4. pun (penegasan). Contoh:
saya tak tahu, dia pun tidak tahu.
5. per- (menyatakan makna ‘setiap’ atau ‘mulai’) Contoh:
Harganya Rp. 1.000,00 perlembar.
Gaji PNS naik per 1 April.
2.
KALIMAT
Kalimat
adalah gabungan dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan suatu
pengertian dan pola intonasi akhir. Kalimat dapat dibagi-bagi lagi berdasarkan
jenis dan fungsinya yang akan dijelaskan pada bagian lain. Contohnya seperti
kalimat lengkap, kalimat tidak lengkap, kalimat pasif, kalimat perintah,
kalimat majemuk, dan lain sebagainya.
Unsur-unsur
inti kalimat antara lain SPOK : – Subjek / Subyek (S) – Predikat (P) – Objek /
Obyek (O) – Keterangan (K)
1. Predikat
(P)
Predikat
dalam pandangan aliran struktural dianggap unsur yang paling penting dan
merupakan inti kalimat. Predikat dalam bahasa Indonesia bisa berwujud kata atau
frasa verbal, adjektival, nominal, numeral, dan preposisional.
Perhatikan beberapa contoh kalimat di bawah ini:
a. Yasmina duduk-duduk di ruang tamu.
b. Anda dan saya tidak harus pergi sekarang.
c. Letusan Gunung Merapi keras sekali.
d. Makanan itu mahal.
e. Ayah saya guru bahasa Indonesia.
f. Anda guru?
g. Anak kami tiga .
h. Peserta audisi itu puluhan ribu orang.
i. Dia dari Medan
j. Pak Nurdin ke Saudi.
Perhatikan beberapa contoh kalimat di bawah ini:
a. Yasmina duduk-duduk di ruang tamu.
b. Anda dan saya tidak harus pergi sekarang.
c. Letusan Gunung Merapi keras sekali.
d. Makanan itu mahal.
e. Ayah saya guru bahasa Indonesia.
f. Anda guru?
g. Anak kami tiga .
h. Peserta audisi itu puluhan ribu orang.
i. Dia dari Medan
j. Pak Nurdin ke Saudi.
Pada
sepuluh kalimat di atas, terdapat bagian yang dicetak miring. Ada yang
berbentuk kata maupun frasa (lebih dari satu kata). Kata atau frasa yang dicetak
miring tersebut berfungsi sebagai predikat.
Kalimat a dan b adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori verbal, disebut kalimat verbal. Kalimat c dan d adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori adjektival, disebut kalimat adjektival. Kalimat e dan f adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori nominal, disebut kalimat nominal. Kalimat g dan h adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori numeral, disebut kalimat numeral. Kalimat i dan j adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori preposisional, disebut kalimat preposisional.
Kalimat a dan b adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori verbal, disebut kalimat verbal. Kalimat c dan d adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori adjektival, disebut kalimat adjektival. Kalimat e dan f adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori nominal, disebut kalimat nominal. Kalimat g dan h adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori numeral, disebut kalimat numeral. Kalimat i dan j adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori preposisional, disebut kalimat preposisional.
2. Subjek
(S)
Disamping predikat, kalimat umumnya mempunyai unsur yang berfungsi sebagai subjek. Dalam pola kalimat bahasa Indonesia, subjek biasanya terletak sebelum predikat, kecuali jenis kalimat inversi. Subjek umumnya berwujud nomina, tetapi pada kalimat-kalimat tertentu, katagori lain bisa juga mengisi kedudukan subjek.
Pada sepuluh contoh kalimat di atas, kata atau frasa Yasmina, Anda dan saya, letusan Gunung Merapi, makanan itu, ayah saya, anak kami, peserta audisi itu, dia, dan Pak Nurdin berfungsi sebagai subjek. Subjek yang tidak berupa nomina, bisa ditemukan pada contoh kalimat seperti ini:
1. Merokok merupakan perbuatan mubazir.
2. Berwudlu atau bertayamum harus dilakukan sebelum sholat.
3. Tiga adalah sebuah angka.
4. Sakit bisa dialami semua orang.
3. Objek
(O)
Objek bukan unsur wajib dalam kalimat. Keberadaanya umumnya terletak setelah predikat yang berkatagori verbal transitif. Objek pada kalimat aktif akan berubah menjadi subjek jika kalimatnya dipasifkan. Demikian pula, objek pada kalimat pasif akan menjadi subjek jika kalimatnya dijadikan kalimat aktif. Objek umumnya berkatagori nomina.
Berikut contoh objek dalam kalimat:
a. Dr. Ammar memanggil suster Ane.
b. Adik dibelikan ayah sebuah buku.
c. Kami telah memicarakan hal itu
Suster ane, ayah, sebuah buku, dan hal itu pada tiga kalimat di atas adalah contoh objek. Khusus pada kalimat b. Terdapat dua objek yaitu ayah (objek 1) dan sebuah buku (objek 2)
4. Pelengkap
(PEL)
Pelengkap atau komplemen mirip dengan objek. Perbedaan pelengkap dengan objek adalah ketidakmampuannya menjadi subjek jika kalimatnya yang semula aktif dijadikan pasif. Perhatikan kata-kata yang dicetak miring pada kalimat-kalimat di bawah ini. Kata-kata tersebut berfungsi sebagai pelengkap bukan objek.
Contoh:
a. Indonesia berdasarkan Pancasila
b. Ardi ingin selalu berbuat kebaikan
c. Kaki Cecep tersandung batu.
5. Keterangan
(K)
Unsur kalimat yang tidak menduduki subjek, predidkat, objek, maupun pelengkap dapat diperkirakan menduduki fungsi keterangan. Berbeda dengan O dan PEL. yang pada kalimat selalu terletak dibelakang P, unsur yang berfungsi sebagai keterangan (K) bisa terletak didepan S atau P.
Contoh:
a. Di perpustakaan kami membaca buku itu.
b. Kami membaca buku itu di perpustakaan.
c. Kami /di perpustakaan/ membaca buku itu.
d. Tono mencabut paku dengan tang.
e. Dengan tang Tono mencabut paku.
f. Tono /dengan tang/ mencabut paku.
Pada enam kalimat di atas, tampak bahwa frasa di perpustakaan dan dengan tang yang berfungsi sebagai keterangan mampu ditempatkan di awal maupun di akhir. Khusus jika ditempatkan antara S dan P, cara membacanya (intonasi) harus diubah sedemikian rupa (terutama jeda) agar pemaknaan kalimat tidak keliru.
Dilihat dari bentuknya, keterangan pada sebuah kalimat bisa dikenali dari adanya penggunaan preposisi dan konjungsi (di, ke, dari, kepada, sehingga, supaya, dan sejenisnya.). Akan tetapi, tidak semua keterangan berciri demikian, ada pula keterangan yang berbentuk kata, seperti pada contoh berikut:
a.Kami telah mengengoknya kemarin.
b.Tiga tahun kami telah bekerja sama dengannya.
3. PARAGRAF
Pengertian
Paragraf adalah karangan yang terdiri dari sejumlah kalimat dengan pikiran
utama sebagai pengendaliannya dan pikiran penjelas sebagai pendukungnya. atau
paragraf dapat juga diartikan sebagai seperangkat kalimat yang terdiri atas
satu kalimat pokok dan beberapa kalimat penjelas,
Ciri-Ciri Paragraf
- Bertakuk/letaknya
agak dalaman, ke dalam lima ketukan spasi untuk jenis karangan yang
biasa.
- paragraf
memakai pikiran utama yang dinyatakan dalam kalimat topik
- Kalimat
topik dan selebihnya merupakan kalimat pengembang sebagai fungsi penjelas,
menguraikan ataupun menerangkan pikiran utama yang terdapat dalam kalimat
topik.
- Paragraf
memakai pikiran penjelas yang dinyatakan dalam kalimat
penjelas.
Syarat-Syarat Paragraf
Untuk menjadi suatu paragraf yang baik, maka diperlukan
beberapa persyaratan yang harus dilengkapi yaitu sebagai berikut...
1.
Mengandung satu pikiran utama atau topik
2.
Pikiran utama didukung oleh pikiran penjelasan, baik dengan penjelasan, uraian
maupun contoh-contoh
3.
Koherensi antar kalimat dalam satu paragraf dan antar paragraf dalam satu
karangan yang lebih dari satu paragraf. Antar kalimat dan antar paragraf
terjalin hubungan saling mendukung.
4.
Unity atau karangan yang memiliki satu kesatuan yang padu
5.
Harmonis semantis, gramatis, dan normatif
Fungsi Paragraf
- Mengekspresikan
gagasan dalam bentuk tulisan dengan memberikan suatu bentuk pikiran dan
perasaan dengan serangkaian kalimat yang tersusun secara logis dalam suatu
kesatuan.
- Menandai
peralihan gagasan baru bagi karangan yang terdiri beberapa paragraf, ganti
paragraf berarti ganti pikiran juga.
- Memudahkan
dalam pengorganisasiaan gagasan bagi yang menulis dan memberikan kemudahan
pemahana bagi pembacanya
- Memudahkan
dalam pengembangan topik karnagan ke dalam satuan unit pikiran yang lebih
kecil.
- Memudahkan
dalam pengendalian variabel, terutama karangan yang terdiri dari beberapa
variabel.
Jenis-Jenis Paragraf
Paragraf
terdiri atas beberapa macam paragraf yang dikategorikan berdasarkan letak
kalimat pokok dan berdasarkan isinya. Macam-macam paragraf tersebut yaitu
sebagai berikut...
1. Jenis-Jenis Paragraf dan Contohnya Berdasarkan Letak Kalimat Pokok Paragraf
a. Paragraf Deduktif adalah suatu paragraf yang terdiri dari kalimat ide pokoknya terletak di awal paragraf. Contohnya membaca merupakan faktor utama dalam menguasai ilmu pengetahuan. Seseorang yang ingin menguasai ilmu hukum, cukup hanya dengan membaca buku-buku hukum. Ingin memiliki pengetahuan tentang kesehatan, cukup dengan membaca buku-buku kesehatan. Seperti halnya dengan ilmu pengetahuan yang lainnya, cukup dengan membaca buku-buku yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan.
b. Paragraf Induktif adalah suatu paragraf yang kalimat ide pokoknya terletak diakhir paragraf. Contohnya seseorang ingin menguasai ilmu hukum, cukup dengan membaca buku-buku hukum,. Ingin mendapatkan pengetahuan kesehatan cukup dengan membaca buku-buku kesehatan. Seperti halnya dengan pengetahuan yang lain. Jadi membaca merupakan faktor utama untuk menguasai ilmu pengetahuan.
1. Jenis-Jenis Paragraf dan Contohnya Berdasarkan Letak Kalimat Pokok Paragraf
a. Paragraf Deduktif adalah suatu paragraf yang terdiri dari kalimat ide pokoknya terletak di awal paragraf. Contohnya membaca merupakan faktor utama dalam menguasai ilmu pengetahuan. Seseorang yang ingin menguasai ilmu hukum, cukup hanya dengan membaca buku-buku hukum. Ingin memiliki pengetahuan tentang kesehatan, cukup dengan membaca buku-buku kesehatan. Seperti halnya dengan ilmu pengetahuan yang lainnya, cukup dengan membaca buku-buku yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan.
b. Paragraf Induktif adalah suatu paragraf yang kalimat ide pokoknya terletak diakhir paragraf. Contohnya seseorang ingin menguasai ilmu hukum, cukup dengan membaca buku-buku hukum,. Ingin mendapatkan pengetahuan kesehatan cukup dengan membaca buku-buku kesehatan. Seperti halnya dengan pengetahuan yang lain. Jadi membaca merupakan faktor utama untuk menguasai ilmu pengetahuan.
c. Paragraf
Campuran yaitu
" paragraf yang kalimat ide pokoknya terletak diawal paragraf dan
ditegaskan kembali diakhir paragraf ". Contoh: Membaca merupakan faktor
utama untuk menguasai ilmu pengetahuan. Seseorang yang ingin menguasai ilmu
hukum, cukup membaca buku-buku hukum. Ingin memiliki pengetahuan tentang
kesehatan, cukup membaca buku-buku kesehatan. Begitu juga ilmu-ilmu pengetahuan
yang lain cukup dengan cara membaca buku-buku yang berhubungan erat dengan ilmu
tersebut. Sekali lagi membaca merupakan faktor utama untuk menguasai ilmu
pengetahuan.
d.
Paragraf Narasi yaitu " paragraf yang tidak
memiliki kalimat ide pokok. Artinya semua kalimat dianggap penting, tidak ada
kalimat yang dijelaskan ". Semua kalimat berkedudukan sama antara kalimat
yang satu dengan kalimat lainnya. Contoh: Seseorang yang ingin menguasai ilmu
hukum, cukup membaca buku-buku hukum. Ingin memiliki pengetahuan tentang
kesehatan, cukup membaca buku-buku kesehatan. Begitu juga ilmu-ilmu pengetahuan
yang lain cukup dengan cara membaca buku-buku yang berhubungan erat dengan
ilmu tersebut.
2. Jenis- jenis paragraf dan contohnya ditinjau dari isinya dibedakan menjadi beberapabagian:
a. Paragraf Eksposisi yaitu " paragraf yang isinya memaparkan suatu masalah atau peristiwa ". Contoh: Kegiatan dalam memeriahkan HUT RI ke 69 tanggal 17 Agustus 2014 di desa Simpang Pematang. Semua warga desa Simpang Pematang turut memeriahkan acara HUT RI ke 69 dengan mengikuti beragam perlombaan yang disediakan oleh panitia, perlombaan tersebut antara lain : panjat pinang, balap karung, makan kerupuk, memasukkan paku kedalam botol, tarik tambang dan lain sebagainya.
2. Jenis- jenis paragraf dan contohnya ditinjau dari isinya dibedakan menjadi beberapabagian:
a. Paragraf Eksposisi yaitu " paragraf yang isinya memaparkan suatu masalah atau peristiwa ". Contoh: Kegiatan dalam memeriahkan HUT RI ke 69 tanggal 17 Agustus 2014 di desa Simpang Pematang. Semua warga desa Simpang Pematang turut memeriahkan acara HUT RI ke 69 dengan mengikuti beragam perlombaan yang disediakan oleh panitia, perlombaan tersebut antara lain : panjat pinang, balap karung, makan kerupuk, memasukkan paku kedalam botol, tarik tambang dan lain sebagainya.
b.
Paragraf Deskripsi yaitu " paragraf yang
isinya menggambarkan suatu keadaan atau peristiwa dengan kata-kata sehingga
para pembaca seolah-olah merasakan, melihat, mendengar dan mengalami langsung
keadaan atau peristiwa tersebut ". Contoh: Malam bulan purnama yang
meriah. Cahaya bulan purnama yang sangat terang. Keadaan malam bagaikan siang,
yang terang bukan saja di tempat-tempat yang lapang, bawah pepohonan pun tampak
terang. Anak-anak terlihat senang sekali, ada yang main kejar-kejaran, main
sumput-sumputan, dan juga ada yang main pencak silat. Anak-anak remajapun tidak
mau ketinggalan, mereka banyak menikmati sinar bulan purnama dengan duduk-duduk
santai dibawah pohon. Sebagian lagi jalan-jalan berkeliling kampung.
c.
Paragraf Argumentasi yaitu " paragraf yang
isinya meyakinkan pembaca sehingga pembaca menerima gagasan penulis ".
Contoh: Membaca merupakan faktor utama untuk menguasai ilmu pengetahuan.
Seorang dokter pasti selalu membaca buku-buku medis, sebab tanpa membaca buku
medis ia akan banyak mengalami kesulitan ketika akan mendeteksi penyakit
pasien. Seorang pelajar, tanpa mau membaca buku pelajaran secara rutin, pasti
akan banyak mengalami kesulitan ketika menjawab pertanyaan dari guru. Banyak
lagi contoh-contoh membaca yang selalu dilakukan oleh seseorang.
d.
Paragraf Persuasi yaitu " paragraf yang
isinya membujuk atau mempengaruhi pembaca agar mau mengikuti pendapat atau
gagasan penulis ". Jenis paragraf ini hampir sama dengan paragraf
argumentasi bahwadiawal paragraf penulis menyajikan pendapat dahulu kemudian
disajikan pernyataan yang berupa alasan . Perbedaannya yaitu pada paragraf
argumentasi alasan yang digunakan berupa fakta, sedangkan pada paragraf
persuasi alasannya berupa kalimat himbauan, ajakan atau harapan penulis.
Contoh: Membaca merupakan faktor utama untuk menguasai ilmu pengetahuan. Sebab
seseorang yang tidak mau membaca buku pasti tidak banyak memiliki pengetahuan.
Pengetahuan itu banyak bersumber dari buku. Anak yang pintar misalnya, dia
pasti menjadi kutu buku. Tiada hari tanpa membaca baginya. siapa saja yang
kurang membaca pasti ia sangat terbatas pengetahuannya. Oleh karena itu
biasakanlah membaca buku-buku ilmu pengetahuan, bila ingin memiliki ilmu
pengetahuan.
e.
Paragraf Narasi yaitu " paragraf yang
isinya menceritakan masalah atau suatu peristiwa , sehingga pembaca dapat
terhibur atau terharu terhadap masalah atau peristiwa yang terjadi ".
Contoh: Beberapa minggu yang lalu kami telah melakukan perjalanan ke Lampung.
Rombongan kami terdiri dari 5 mobil pribadi. Kendaraan kami melaju dengan cepat
secara beriringan. Perjalanan sangat menyenangkan, tak seorangpun yang tidak
gembira. Semua sangat bahagia melihat pemanandangan walau hanya didalam mobil
ketika suasana dan gemerlapnya lampu-lampu yang menghiasi kota Bandar
Lampung.
4.
WACANA
Wacana
adalah sebuah tulisan yang teruatur menurut urutan yang semestinya atau logis.
Dalam wacana setiap unsure-unsurnya harus memiliki kesatuan dan kepaduan.
jenis-jenis wacana:
1. Narasi
Narasi adalah cerita
yang didasarkan pada urut-urut sesuatu kejadian atau peristiwa. Narasi dapat
berbentuk narasi ekspositoris(fiksi) dan narasi imajinatif. Unsur-unsur penting
dakam sebuah narasi adalah kejadian, tokoh, konflik, alur/plot, latar yang
terdiri dari waktu, tempat, dan suasana.
contohnya:
Sore kelam ini di
selimuti awan gelap, Maria termenung untuk beberapa saat menatap kosong
bapaknya yang tergeletak menutup mata di atas meja dokter, entah apa yang
menghantui pikirannya, rasa takut yang dalam terus membisikkan tentang nyawa di
hadapannya.
2. Deskripsi
Deskripsi adalah
karangan yang menggambarkan / suatu objek berdasarkan hasil pengamatan,
perasaan, dan pengalaman penulisnya.
untuk mencapai kesan
yang sempurna bagi pembaca, penulis merinci objek dengan kesan, faka, dan
citraan. Dilihat dari sifat objeknya, deskripsi dibedakan menjadi 2 yaitu
imajinatif (imajinasi/fiksi) dan faktual (fakta).
contohnya:
Senyumnya mengembang,
pipinya yang bulat memerah seperti apel, matanya yang bulat begitu cantik
ditambah bulu mata yang lentik membuat kedipan matanya indah. Hari ini, Tasya
terlihat cantik, tubuhnya dibalut perpaduan gaun dan gamis berwarna hijau
dan baby blue. Jilbabnya yang menutupi dada mencirikan seorang muslimah. Mataku
terikat padanya saat ia berusaha menjauhkan dirinya dari yang
bukan mahram, namun aku segera tersadar dan memindahkan pandanganku
darinya saat Tasya menunduk dengan manis
3. Eksposisi
Karangan Eksposisi
adalah karangan yang memaparkan atau menjelaskan secara terperinci sesuatu
dengan tujuan memberikan informasi dan memperluas pengetahuan kepada
pembacanya. biasanya karangan ini di gunakan pada artikel ilmiah,
makalah-makalah untuk seminar, symposium, atau penataran.
pengembangan kerangka
karangan berbentuk eksposisi dapat berpola penyajian urutan topic yang ada dan
urutan klimaks dan antiklimaks.
contohnya:
Flashdisk adalah tempat
penyimpanan data-data atau dokumen agar dapat tersimpan dengan baik tanpa
pencurian atau hilangnya data. kini flashdisk tersedia di toko komputer yang
tersebar di seluruh dunia. flashdisk tidak hanya di gunakan oleh pengusaha,
dosen, dan engerining, tetapi khalayak dapat menggunakannya. Sebenarnya di
dalam flashdisk terdapat chip, chip kecil itulah yang dapat mengkoneksikan
flashdisk ke komputer melalui perantara port-port yang tersedia di komputer.
4. Argumentasi
Karangan ini berisi
pendapat, sikap atau penilaian terhadap sesuatu hal yang di sertai alasan,
bukti-bukti, dan pernyataan yang logis. tujuannya untuk berusaha meyakinkan
pembaca akan kebenaran pendapat pengarang.
contohnya:
Menurut saya, Jakarta
banjir itu bukan kesalahan pemerintah saja, tetapi kesalahan masyarakat yang
memiliki kebiasaan buruk, yaitu membuang sampah sembarangan. Tuntutan warga Jakarta
kepada pemerintah yang sangat tinggi akan hal banjir tidak seimbang dengan apa
yang di lakukannya, padahal pemerintah sudah mengantisipasi akan bencana
banjir, tentunya perlu kesadaran yang tinggi dan mau membersihkan Jakarta lah
yang menjadi solusinya.
5. Persuasi
Persuasi adalah
mengajak pembaca untuk melakukan suatu hal.
contohnya:
Siapa yang
bersungguh-sungguh pasti akan berhasil, pasalnya kesungguhan merupakan kunci
utama mendorong semangat anda berkobar untuk mendapatkan hal yang anda mau,
bahkan dunia bukanlah halangan anda untuk berkarya.
2.3 PENULISAN HURUF DAN UNSUR SERAPAN
A.
PENULISAN HURUF
. 1. Huruf Kapital atau Huruf Besar
a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama kata pada awal kalimat.
Contoh : Saya membaca buku.
Contoh : Saya membaca buku.
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama petikan langsung.
Contoh : Adik bertanya, “ Kenapa kita pulang ?”
Contoh : Adik bertanya, “ Kenapa kita pulang ?”
c. Huruf kapital dipakai sebagi huruf
pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci,
termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Contoh
: Tuhan merahmati hamba- Nya.
d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang di ikuti nama orang.
Contoh
: Sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim, Nabi Sulaiman, Dia baru saja diangkat
menjadi Sultan.
e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang.
Contoh
: Presiden Soekarno, Wakil Presiden Adam Malik.
f. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama sebagi nama orang.
Contoh : Muhammad Maulana Rizki, Syarifah Masitoh
Contoh : Muhammad Maulana Rizki, Syarifah Masitoh
g. Huruf kapital yang dipakai sebagai
huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Contoh
: bangsa Indonesia, suku Melayu, bahasa Arab.
h. Huruf kapital yang dipakai sebagai
huruf pertama nama tahun, bulan, hari raya dan peristiwa sejarah.
Contoh
: tahun Masehi, bulan Januari, hari Selasa, hari Lebaran, Proklamasi
Kemerdekaan.
i. Huruf kapital sebagai huruf pertama
nama khas dalam Geografi.
Contoh ; Peta Sumatra, Danau Toba, Sungai Musi.
Contoh ; Peta Sumatra, Danau Toba, Sungai Musi.
j. Huruf kapital sebagai huruf
pertama nama badan resmi, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan serta nama
dokumen resmi
Contoh:
Majelis Permusyawaratan Rakyat, Departemen Luar Negeri, Undang – Undang Dasar
Republik Indonesia.
k. Huruf Kapital dipakai sebagai Huruf
pertama nama semua kata didalam nama buku,majalah,surat kabar , kecuali kata
partikel , seperti di,ke,dari,untuk,dan,yang untuk,yang tidak terletak pada
posisi awal.
Contoh:
Dari Gajah Mada ke Jalan Gatot Subroto , Gaul ,Analisa
l.Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama dalam singkatan nama gelar,pangkat, dan sapaan.
Contoh:
a.di
depan nama : - Dr. Doktor
-
Prof. Profesor
b.di
belakang nama: -M.A. Master of Arts
m. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak,ibu,saudara,kakak,adik
dan paman yang dipakai sebagai ganti sapaan.
Contoh : Apakah Ibu jadi ke Belawan besok?
Contoh : Apakah Ibu jadi ke Belawan besok?
Huruf
Miring
a.
Huruf Miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku,majalah,dan surat
kabar yang dikutip dalam karangan.
Contoh
: Majalah Bahasa dan Kesusastraan
b.
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan
huruf,bagian kata atau kelompok kata.
Contoh:
Huruf pertama kata ajeg ialah a
c.
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau
ungkapan asing , kecuali yang sudah disesuaikan ejaannya.Dalam tulisan tangan
atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi garis dibawahnya.
Contoh: Weltarschauung diterjemahkan menjadi “ pandangan.
Contoh: Weltarschauung diterjemahkan menjadi “ pandangan.
B. UNSUR
SERAPAN
Kata serapan adalah kata – kata yang diambil dari bahasa asing dan
diintegrasikan ke dalam bahasa Indonesia. Kata serapan sendiri sering dikenal
dengan kata pungutan atau kata adaptasi. Meskipun berasal dari bahasa asing,
kata serapan tersebut telah menjadi bagian dalam bahasa Indonesia dan dipakai
luas oleh masyarakat umum dalam percakapan sehari – hari.
Kata Serapan
dalam bahasa indonesia
Asal Bahasa
|
Jumlah Kata
|
Arab
|
1.495 kata
|
Belanda
|
3.280 kata
|
Tionghoa
|
290 kata
|
Hindi
|
7 kata
|
Inggris
|
1.610 kata
|
Parsi
|
63 kata
|
Portugis
|
131 kata
|
Sanskerta-Jawa Kuna
|
677 kata
|
Tamil
|
83 kata
|
Dalam
perkembangannya bahasa Indonesia mengambil unsur atau kata dari bahasa lain,
seperti bahaa daerah atau bahasa asing. Sudah banyak kosa kata dari bahasa
asing dan daerah yang digunakan dalam bahasa Indonesia. Terlebih dahulu
kata-kata itu disesuaikan dengan kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia,
baik itu dalam hal pengucapan maupun penulisannya. Kata-kata sepeerti itulah
yang dinamakan dengan Kata-Kata Serapan.
Bahasa Indonesia adalah
bahasa yang terbuka. Maksudnya ialah bahwa bahasa ini banyak menyerap kata-kata
dari bahasa lainnya.
Contoh Unsur Serapan:
NO
|
Kata Serapan
|
Kata
|
Asal
|
NO
|
Kata Serapan
|
Kata
|
Asal
|
Asing
|
Baku
|
Bahasa
|
Asing
|
Baku
|
Bahasa
|
||
1
|
Actor
|
Aktor
|
Inggris
|
26
|
Absent
|
Absen
|
Belanda
|
2
|
Allergy
|
Alergi
|
Inggris
|
27
|
Accu
|
Aki
|
Belanda
|
3
|
Access
|
Akses
|
Inggris
|
28
|
Agent
|
Agen
|
Belanda
|
4
|
Acting
|
Akting
|
Inggris
|
29
|
Album
|
Album
|
Belanda
|
5
|
Ballpoint
|
Bolpen
|
Inggris
|
30
|
Altaar
|
Altar
|
Belanda
|
6
|
Check
|
Cek
|
Inggris
|
31
|
Bak
|
Bak
|
Belanda
|
7
|
Detail
|
Detil
|
Inggris
|
32
|
Barak
|
Barak
|
Belanda
|
8
|
Dilemma
|
Dilema
|
Inggris
|
33
|
Balsem
|
Balsem
|
Belanda
|
9
|
Disco
|
Disko
|
Inggris
|
34
|
Bandiet
|
Bandit
|
Belanda
|
10
|
Dose
|
Dosis
|
Inggris
|
35
|
Batterij
|
Batere
|
Belanda
|
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa
menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut
hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan,serta menurut medium
pembicara. Dalam konteks ini ragam bahasa meliputi bahasa lisan dan bahasa
baku tulis.Pada ragam bahasa baku tulis diharapkan para penulis mampu
menggunakan bahasaIndonesia yang baik dan benar serta menggunakan Ejaan bahasa
yang telah Disempurnakan(EYD), sedangkan untuk ragam bahasa lisan diharapkan
para warga negara Indonesia mampumengucapkan dan memakai bahasa Indonesia
dengan baik serta bertutur kata sopan sebagaimana pedoman yang ada.
Kemudian pada unsur gramatikal dimana
penjelasan secara rinci mengenai kata,kalimat,wacana,dan paragraf membuat kita mengerti
akan bagaimana cara bicara dan berkomunikasi dengn kalimat dan kata yang
efektif.
Begitu juga dengan penulisan huruf
bahwasannya tata cara menulis akan terlihat baik dan benar jika kita memenuhi
syarat dan ketentuan tata cara menulis sehingga nantinya dikemudian hari
penulisan huruf akan lebih benar dan teratur efektif nya, dengan pengetahuan
tentang unsur serapan kita paham bahwa sebenarnya penggunaan huruf dan kata
yang tepat akan menghasilkan kalimat yang sesuai tuturan dan tuturnya.
DAFTAR
PUSTAKA
http://
artikel.ragam.bahasa.Radita
Lestari.2014.com
diunduh tanggal 01 oktober 2017
http://
artikel.penulisan.huruf.dalam.eyd.Ade
Agustian.2009.com
diunduh tanggal 01 oktober 2017
http://artikel.pengertian.makna.gramatikal.oriwokis20.2012.com
diunduh tanggal 01 oktober 2017
Semoga bermanfaat 😂😂
BalasHapusSemoga bermanfaat 😂😂
BalasHapus