MENULIS DASAR
KALIMAT EFEKTIF DAN PENERAPANNYA DALAM KARANGAN ILMIAH
KELOMPOK 7
1.MARYANI (2017 112 020)
2.EVI SULASTRI (2017 112 021)
3.NORA JELIKA (2017 112 022)
DOSEN PEMBIMBING : Dr. DESSY WARDIAH,M.Pd.
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2017
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bahasa adalah alat berkomunikasi yang di gunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain. Bahasa itu berisi pikiran, keinginan yang ada pada diri si pembicara atau si penulis. Kalimat yang di gunakan dalam bahasa harus menggunakan kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik di sebut dengan kalimat efektif.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Jika gagasan yang di sampaikan sudah tepat maka pendengar atau pembaca dapat memahaminya dengan mudah menerapkannya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah struktur, fungsi dan kategori dalam kalimat ?
2. Bagaimanakah analisis kalimat non baku dalam wacana ?
3. Apa sajakah syarat kalimat efektif, kohesi dan koherensi ?
Tujuan
1. Mengetahui struktur, fungsi dan kategori dalam kalimat.
2. Mengetahui analisis kalimat non baku dalam wacana.
3. Mengetahui syarat kalimat efektif, kohesi dan koherensi.
1.4 Manfaat penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk menambah wawasan tentang kalimat efektif dan penerapannya dalam karangan ilmiah.
2. Sebagai bahan informasi bagi pembaca
3. Sebagai bahan acuan bagi para pembaca yang mengkaji topik yang relevan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Struktur, Fungsi Dan Kategori Dalam Kalimat
A. Kalimat Berdasarkan Struktur Dan Fungsi.
Fungsi ini barhubungan saling bergantungan antara unsur-unsur dari suatu perangkat sehingga perangkat itu merupakan keutuhan dan membentuk sebuah struktur. Fungsi bersifat sintaksis, artinya berkaitan dengan urutan kata atau frase dalam kalimat. Fungsi sintaksis yang utama dalam bahasa adalah predikat, subjek, objek, pelengkap, dan keterangan. Untuk dapat mengetahui fungsi unsur kalimat, terdapat ciri-ciri subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan.
1. Ciri-Ciri Subjek
Yang dimaksud dengan subjek adalah sesuatu yang dianggap berdiri sendiri, dan yang tentangnya diberitakan sesuatu(Putrayasa,2001). Dan terbentuk dari kata benda (mereka, rumah itu). Atau kata benda yang dipakai sebagai subjek atau yang dianggap sebagai kata benda. Misalnya : Jalanya Akhir –nya di sini mengatakan kata benda, meskipun kata benda itu menyatakan suatu kerja.
Untuk menentukan subjek, kita dapat bertanya dengan memakai kata tanya apa atau siapa di hadapan predikat.
Ciri-ciri subjek adalah :
a. Tentangnya diberikan sesuatu,
b. Dibentuk dengan kata benda atau sesuatu yang sibendakan, dan
c. Dapat bertanya dengan kata tanya apaatau siapa di hadapn predikat.
2. Ciri-Ciri Predikat
Predikat adalah bagian yang memberikan keterangan tentang sesuatu yang berdiri sendiri, yang menyatakan apa yang dikerjakan.
Menurut Suparman (1988).
Memberikan penjelasan predikat dengan menyebutkan ciri-ciri atau penanda formal dari predikat tersebut, yaitu :
a. Penunjuk aspek : sudah, sedang, akan, yang selalu ada didepan predikat.
b. Kata kerja bantu : boleh, harus, dapat.
c. Kata petunjuk modal : mungkin, seharusnya, jangan-jangan.
d. Beberapa ketengan lain : tidak, bukan, justru, memang, yang terletak diantara S, dan P, dan
e. Kata kerja kopula : ialah, adalah, merupakan, menjadi. Biasanya kata ini digunakan merangkaikan predikat nomina dengan S-nya, khusus FB-FB (Frase Benda-Frase Benda).
3. Ciri-Ciri Objek
Objek adalah konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat yang berupa verba transitif pada kalimat aktif, yang ojeknya diletakkan setelah predikat. Objek dapat dikenali dengan memperhatikan jenis predikat yang melengkapinya, dan ciri khas objek itu sendiri.
Dimana verba trabsitif ditandai dengan afiks tertentu. Sufiks –kan dan –i serta prefiks meng- merupakan verba transitif.
Contoh :
- Andi mengunjungi Pak Rustam.
Objek pada kalimat aktif transitif akan menjadi subjek jika kalimat itu dipasifkan.
Contoh :
- Pembantu membersihkan ruangan saya.
S P O
4. Ciri-Ciri Pelengkap
Baik objek, maupun pelengkap sering berwujud nomina, dan keduanya juga sering menduduki tempat yang sama, yakni dibelakang verba (Alwi,et. Al, 1998).
Kridalaksana menyatakan bahwa berdasarkan hubungan di antara pelengkap dan subjek serta objek, pelengkap dapat dibedakan atas :
1. Pelengkap subjek,
2. Pelengkap objek,
3. Pelengkap pengguna : nomina atau frase nomina yang melengkapi verba transitif yang secara semantif menjadi penerima atau yang di untungkan oleh perbuatan,
4. Pelengkap pelaku : bagian klausa berupa nomina atau frase nomina yang melengkapi verba pasif dan secara semantik merupakan pelaku,
5. Pelengkap sebab : bagian klausa berupa nomina atau frase nomina yang melengkapi verba berkonfiks ke-an yang bermakna ‘mengalami’; atau nomina yang melengkapi verba bersruktur ber-V-kan,
6. Pelengkap penkhususan : bagiab klausa berupa nomina atau frase nomina yang secra semantik merupakan spesifikasi daro nomina yang terdapat dalam predikatnya (predikat itu predikat verba denominal),
7. Pelengkap resiplokal : bagian klausa yang berupa nomina atau frase nomina yang melengkapi verba resiplokal,
8. Pelengkap pemeri : bagian klausa yang berupa adjektiva, atau frase adjektiva numeralia, atau frase numeralia yang menerangkan nomina dalam predikatnya.
5. Ciri-Ciri Keterangan
Keterangan merupakan fungsi sintaksis yang paling beragam dan paling mudah berpindah letaknya. Keterangan dapat berada di akhir, awal, dan di tengah kalimat (Suparman dan Alwi).
Terdapat bermacam-macam keterangan berdasarkan maknanya dan tandanya :
a. Keterangan tempat : di, ke, dari, dalam, pada.
b. Keterangan waktu : pada, dalam, se-, sebelum, sesudah, selama, sepanjang.
c. Keterangan alat : dengan.
d. Keterangan tujuan : agar/ supaya, untuk, bagi, demi.
e. Keterangan cara : dengan, secara, dengan cara, dengan jalan.
f. Keterangan penyerta : dengan, bersama, beserta.
g. Keterangan perbandingan : seperti, bagaikan, laksana.
h. Keterangan sebab : karena, sebab.
i. Keterangan kesalinagn : saling.
j. Keterangan akibat : sehingga, sampai, akibat.
k. Keterangan alasan : berdasar hal itu, sehubungan dengan hal itu.
l. Keternagn asal : dari.
m. Keterangan kualitas : dengan.
n. Keterangan kuantitas : banyak, sedikit, cukup.
o. Keterangan modalitas : mustahil, barangkali, moga-moga.
p. Keterangan perlawanan : meskipun, walaupun.
q. Keterangan perwatasan : selain, kecuali.
r. Keterangan objek :
s. Keterangan subjek : dan
t. Keterangan syarat : jika, kalau.
Analisis kalimat berdasarkan fungsi sintaksis, dalam suatu kalimat tidak selalu berfungsi sintaksis itu terisi, tetapi setidaknya ada konstituen pengisi subjek dan predikat. Konstituen lainnya banyak ditentukan oleh konstituen pengisi predikat.
Contoh :
a. Dia tidur dikamar depan
S P Ket.Tempat
b. Mereka sedang belajar bahasa indonesia sekarang
S P Pel Ket.waktu
B. Kalimat Bedasarkan Kategori
Dalam ilmu bahasa, kata dikelompokkan berdasarkan bentuk serta perilakunya. Kata yang mempunya kemiripan di masukkan dalam satu kelompok. Kategori sintaksis bisa juga disebut dengan kategori atau kelas kata (Alwi).
Analisis kalimat berdasarkan kategori merupakan penentuan kelas kata yang menjadi unsur-unsur kalimat tersebut. Verhaar, mengatakan bahwa kategori sintaksis adalah apa yang sering disebut ‘kelas kata’ seperti nomina, verba, adjektifa, adverbia, adposisi (artinya, preposisi atay posposisi). Alwi membagi kelas kata ke dalam lima kelas. Kelas kata tersebut adalah :
1. Kata benda ( nomina ),
2. Kata kerja ( verba ),
3. Kata sifat ( adjektiva ),
4. Kata keterangan ( adverbia ), dan
5. Kata tugas.
1. Kata Benda ( nomina )
Kata benda adalah kategori yang secara sintaksis :
a. Tidak mempunyai potensi untuk bergabung dengan partikel tidak,
b. Mempunyai potensi untuk di dahului oleh partikel dari.
Kata benda mencakup pronomina dan numeralia. Kata benda dapat dilihat dari tiga segi, yakni :
1. Segi Semantik
Dapat dikatakan bahwa kata benda adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian. Seperti : guru, kucing, meja, dan kebangsaan adalah benda (nomina). Dari segi sintaksis mempunyai ciri-ciri:
a. Dalam kalimat yang predikatnya verba, nomina cenderung menduduki fungsi subjek, objek, atau pelengkap dapat di ikuti oleh kata itu,dapat didahului olehkata bilangan (Alwi, et, al)
b. Nomina tidak dapat di ingkar kan dengan kata tidak. Kata pengingkarnya adalah bukan.
c. Umumnya, nomina dapat di ikuti oleh adjektiva, baik secara langsung maupun di antarai oleh kata yang dengan demikian, buku dan rumah adalah nomina karena dapt bergabung menjadi buku baru dan rumah mewah atau buku yang baru dan rumah yang mewah.
2. Segi Sintaksis
Dari segi perilaku sintaksisnya, nomina dapat dilihat berdasarkan posisi atau pemakaiannya pada tataran frase. Pada frase nomina, nomina berfungsi sebagai inti atau poros frase. Sebagai inti frase, nomina menduduki bagian utama, sedangkan pewatasnya berada di depan atau dibelakangnya. Bila pewatas frase nomina itu berada di depan, pewatas ini umum nya berupa numeralia atau kata tugas (Alwi,et.al).
Contoh :
Lima lembar
Seorang guru
Beberapa sopir
Bukan jawaban
Banyak masalah
3. Segi Bentuk
Nomina terdiri atas dua macam :
1. Nomina yang berbentuk kata dasar,
Contoh : gambar, meja, rumah, pisau, tongkat, hukum, dll.
2. Nomina turunan.
Contoh : daratan, pendaratan, kekosongan, persatuan, meja-meja, pisau-pisau dan sebgainya.
Nomina ini dilakukan dengan :
a. Afiksasi,
b. Perulangan,
c. Pemajemukan.
2. Kata Kerja (Verba)
Kata kerja (verba) adalah kata yang menyatakan tindakan. Ciri-ciri kata kerja (verba) dapat diketahui dengan mengamati,
1. Perilaku semantis,
Verba memiliki makna inheren yang terkandung di dalamnya.
2. Perilaku sintaksis,
Verba merupakan unsur yang sangat penting dalam kalimat karena kebanyakan hal verba berpengaruh besar terhadap unsur-unsur lainnya yang ada pada kalimat.
3. Bentuk morfologisnya.
Ketransitifan verba ditentukan oleh 2 faktor, yaitu
1) Adanya nomina yang berdiri di belakang verba yang berfungsi sebagai objek pada kalimat aktif, dan
2) Kemungkinan objek itu berfungsi sebagai subjek pada kalimat pasif.
3. Kata Sifat (Adjektiva)
Kata sifat (adjektiva) adalah kata yang memberi keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat.
Kata sifat (adjektiva) juga mempunyai fungsi sebagai predikat atau adverbial kalimat yang mengacu pada suatu keadaan. Contoh kata pemeri keadaan :
- Agaknya dia sudah mabuk
- Kakeknya sakit
- Masalah itu dikemukakannya secara sadar
Adjektiva juga mempunyai ciri yang kemungkinannya menyatakan kualitas dan tingkat bandingan acuan nomina yang diterangkan. Perbedaan tingkat kualitas ditegaskan dengan pemakaian kata, seperti sangat dan agak, seperti contoh :
- Orang itu sangat kuat.
- Agak jauh juga pondoknya.
Jika dilihat dari segi sintaksisnya, adjektifa dapat berfungsi sebagai atributif, predikatif, dan adverbial. Adjektiva yang merupakan pewatas dalam frase nomina yang nominya menjadi subjek, objek, atau pelengkap yang digunakan sebagai atributif, yang letaknya disebelah kanan nomina. Contoh :
a. Laut biru
b. Harga mahal
c. Batu kecil
Adjektiva yang mengunakan fungsi predikat atau pelengkap dalam klausa dikatakan dipakai secara predikatif. Contoh :
- Gedung yang baru dibangun itu sangat megah
- Setelah mereka menerima rapor, mereka pun gembira
Jika subjek atau predikat kalimat berupa frase atau klausa yang panjang, dibataskan antara subjek atau predikat disisipkan dengan kata adalah. Contoh:
- Yang di sarankan padamu itu (adalah) baik.
4. Kata Keteranagan (Adverbia)
Kata keterangan (adverbia) adalah kategori yang dapat mendampingi asjektiva, numeralia, atau proposisi dalam kontruksi sintaksis yang menerangkan :
a. Kata kerja dalam segala fungsi.
b. Kata keadaan dalan segala fungsi.
c. Kata keterangan.
d. Kata bilangan.
e. Predikat kalimat.
Kata keterangan dapat diketahui dari a). Perilaku semantisnya, b). Perilaku sintaksisnya, c). Bentuknya.
Berdasarkan perilaku sintaksisnya. Adverbia dapat dibedakan atas delapan bagian :
1. Adverbia kualitatif.
2. Adverbia kuantitatif.
3. Adverbia limitatif.
4. Adverbia frekuentitatif.
5. Adverbia kewaktuan.
6. Adverbia kecaraan.
7. Adverbia konstratif.
8. Adverbia keniscayaan.
5. Kata Tugas
Kata tugas adalah segala macam kata yang tidak termasuk salah satu kelas kata yang sudah di bicarakan. Kata tugas memiliki arti gramatikal dan tidak memiliki arti leksikal. Kata tugas, seperti dan atau ke baru mempunyai ari apabila dirangkai dengan kata lain.
Ciri kata tugas, dilihat dari segi bentuk umumnya kata tugas sulit menaglami perubahan bentuk, seperti kata dengan, telah, dari, tidak bisa mengalami perubahan.
Ciri lain kata tugas tidak bisa membentuk suatu kalimat dengan sebuah kata, misalnya : telah!, dan!, supaya!, tetapi!,
Kata tugas dapat menjadi 5 kelompok, yaitu 1). Preposisi, 2). Konjugtor, 3). Interjegsi, 4). Artikula, dan 5). Partikel penegas.
1) Preposisi
Preposisi adalah kategori yang terletak di depan kategori lain sehingga terbentuk frase eksosentris direktif. Preposisi juga disebut dengan kata deoan, yang menandai berbagai hubungan makna antara konstituen yang berada di depan preposisi.
2) Konjugtor
Konjugtor adalah kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan lain dalam kontruksi hipotaktis, konjugtor menghubungkan bagian-bagian ujaran yang setataran atau yang tidak setataran.
3) Interjeksi
Interjeksi adalah kata tugas yang mengungkapkan rasa hati pembicaraan, seperti : kagum, sedih, heran dan jijik.
Berbagai interjen yang dikelompokkan menurut perasaan yang diungkapakan:
a) Interjeksi kejijikan : bah, cih, cis, ih. Idih
b) Interjeksi kekesalan : brengsek, sialan, buset, keparat
2. Analisis Kalimat Non Baku Dalam Wacana
Pembahasan ragam bahasa tidak baku oleh penulis tidak akan secara lebar diterangkan, karena ragam bahasa baku merupakan sistem paradoks dari bahasa baku. Berdasarkan penggunaannya bahasa ini lebih banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dalam percakapan santai.
Ada 8 penyebab ketidakbakuan kalimat dalam Bahasa Indonesia :
1. Pelepasan imbuhan (prefiks dan sufiks)
Contoh : Polisi terus usut kematian Munir. Presiden resmikan 8 pabrik gula. Polisi terus mengusut kematian Munir. Presiden meresmikan delapan pabrik gula.
2. Pemborosan penggunaan kata
Contoh: Kemarin dia bertanding di Beijing di mana ia kalah angka. Tempat di mana ditemukannya benda itu telah dicatat. Kemarin, dia bertanding di Beijing dan kalah. Tempat ditemukannya benda itu telah dicatat.
3. Ketidaktepatan pemilihan kata
Contoh : Di muara sungai itulah terdapat sebuah keraton lelembut Ia sedang membikin rak buku. Buku itu diberi ke saya.
4. Penggunaan konjungsi ganda
Contoh :
Karena nilai kurang dari batas minimal, maka Ia tak dapat diterima sebagai siswa. Karena sakit maka Ia tidak masuk sekolah
Karena nilainya kurang dari batas minimal, Ia tidak dapat diterima sebagai siswa. Karena sakit Ia tidak masuk sekolah.
5. Kerancauan bentuk
Contoh :
Rancu dalam Hal Bentuk Kata Hal itu belum dipelajarkan kepada kami. Hotel itu dipertinggikan. Hal itu belum diajarkan kepada kami. Hotel itu dipertinggi.
6. Kesalahan ejaan
Contoh :
penggunaan tanda koma yang salah Ayah mengatakan, bahwa adik sakit. Saya tidak datang, jika turun hujan.
7. Pelepasan salah satu fungsi kalimat
Contoh : Jika Anda tidak piket, akan dikenakan denda. Jika tidak piket, Anda akan dikenakan denda.
8. Kesalahan struktur kalimat
Contoh : Surat anda saya sudah baca. Dia punya HP sudah dijual. Kalimat itu pembaca tidak tahu artinya. Surat Anda sudah saya baca. HP-nya sudah dijual. Pembaca tidak dapat mengetahui arti kalimat itu
3. Syarat Kalimat Efektif, Kohesi Dan Koherensi
A. Syarat kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran pada pendengar atau pembaca. Dengan kata lain, kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.
Syarat-syarat kalimat efektif adalah sebagai berikut:
1.Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
2.Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.
Struktur kalimat efektif haruslah benar. Kalimat itu harus memiliki kesatuan bentuk, sebab kesatuan bentuk itulah yang menjadikan adanya kesatuan arti. Kalimat yang strukturnya benar tentu memiliki kesatuan bentuk dan sekaligus kesatuan arti. Sebaliknya kalimat yang strukturnya rusak atau kacau, tidak menggambarkan kesatuan apa-apa dan merupakan suatu pernyataan yang salah.
B. Syarat Kalimat Kohesi Dan Koherensi
Sebuah paragraf dapat dikatakan baik apabila memenuhi unsur-unsur kohesi (kesatuan),dan koherensi (kepaduan).
a.Kohesi(kesatuan) Kesatuan dalam sebuah paragraf akan terpenuhi apabila informasi-informasi dalam paragraf itu tetap dikendalikan oleh gagasan utama. Dalam paragraf mungkin terdapat beberapa gagasan tambahan, tetapi, gagasan-gagasan itu tentap dikendalikan oleh gagasan utama. Agar hal itu dapat dicapai, penulis harus senantiasa mengevaluasi apakah kalimat-kalimat yang ditulisnya itu berhubungan erat dengan gagasan utama (Alwi (editor): 2001:8). Perhatikan paragraf berikut ini.
Mbah Marto tidak tahu banyak tentang desa kelahirannya. Ia tidak tahu-menahu mengapa desanya dinamai desa kedunggalar. Ia tidak tahu-menahu mengapa sangkanurip kini mongering. Ia juga tidak tahu mengapa nenek moyangnya dahulu sampai di desa itu. Meski sudah uzur, Mbah Marto masih gesit dan cekatan. Begitu bangun pagi, tanpa harus minum kopi dahulu, ia sudah memanggul pangkur menuju ladangnya. Ia terus mengayun pangkurnya membongkar tanah liat yang sudah menggeras oleh musim kemarau yang panjang.
Paragraf di atas tidak dapat disebut paragraf yang baik sebab di dalamnya terdapat dua gagasan utama berikut. 1. Mbah Marto tidak tahu banyak tentang desa kelahirannya. 2. Meski sudah uzur, Mbah Marto masih gesit dan cekatan
Oleh karena itu, agar memenuhi tuntutan prinsip kesatuan, paragraf di atas harus dipecahkan menjadi dua paragraf dengan menjadikan kalimat (1) sebagai kalimat topik pertama, dan kalimat (5) sebagai kalimat topik paragraf kedua.
b.Koherensi(Kepaduan) Kepaduan dalam sebuah paragraf akan terpenuhi apabila kalimat-kalimat yang menyusun paragraf itu terjalin secara logis dan gramatikal, dan berkaitan satu sama lain untuk mendukung gagasan utama. Dengan demikian, kalimat-kalimat di dalam sebuah paragraf itu terpadu, berkaitan satu sama lain, untuk mendukung gagasan utama.
Syarat kalimat kohesi dan koherensi:
1. Kalimatnya harus memiliki hubungan keterpaduan bentuk dan keterpaduan makna yang membahas satu gagasan utama.
2. Hubungan antarkalimat harus satu kesatuan (padu).
3. Harus memenuhi kriteria paragraf yang efektif.
4. Memenuhi unsur-unsur paragraf yang kohesif dan koheren.
Untuk membangun kepaduan kalimat-kalimat dalam paragraf, penulis dapat menggunakan kata kunci, pronomina, kata transisi, dan struktur yang paralel
a. Kata kunci dan sinonim
Kepaduan paragraf dapat dibangun dengan tidak mengulang kata atau ungkapan yang sama setiap kali diperlukan. Kata atau ungkapan yang sama itu sesekali dapat disebut kembali dengan menggunakan kata kuncinya atau dengan menggunakan kata lain yang bersinonim dengan kata ungkapan itu. Misalnya Virus HIV, dapat disebut virus penyebab AIDS, virus yang memataikan, virus yang sulit ditaklukan. Cara ini disebut penyulihan.
b.Pronomina Membangun kepaduan juga dapat ditempuh dengan menggunakan pronomina untuk menyebutkan nomina atau frasa nomina yang telah disebutkan lebih dahulu. Yang dilakukan sebenarnya adalah mengacu pada nomina atau frasa nomina itu dengan pronominanya. Frasa pengusaha-pengusaha yang sukses selain sesekali dapat disebut pengusaha-pengusaha itu, dapat pula disebut mereka. Cara ini disebut pengacuan
c. Kata transisi
Kata transisi adalah konjungtor atau perangkai, baik yang digunakan untuk menghubunghan unsur-unsur dalam sebuah kalimat maupun untuk menghubungkan kalimat-kalimat dalam sebuah paragraf. Melalui penggunaan kata ini hubungan antar asatu gagasan dengan gagasan yang lain dalam sebuah paragraf dapat dinyatakan secara tegas
Contoh: 1. Saya makan soto karena saya suka. 2. Saya makan soto kalau saya suka.
d. Struktur kalimat yang paralel
Keparalelan struktur kalimat dapat pula membangun ciri-ciri kepaduan kalimat-kalimat di dalam sebuah paragraf.
Banyak cara yang bisa dilakukan, misalnya menggunakan kata kerja yang sama atau menggunakan majas repetisi.perhatikan paragraf berikut ini Setelah mendapat izin dari pemerintah daerah, warga mulai membangun fasilitas umum di tanah itu. Konon, untuk membangun fasilitas umum berupa gtedung olah raga itu, warga harus mengeluarkan tidak kurang dari 500 juta rupiah yang digali dari dana swadaya murni. Awalnya tidak ada yang mempersoalkan hal itu, tetapi setelah daerah itu berkembang menjadi pemukiman yang maju amat pesat, banyak pihak menjadi yang mulai mengungkit status tanah dan bangunan itu. Bahkan, dengan dalih bahwa karena sudah tidak sesuai dengan kemajuan dan keadaan sekitarnya, pemerintah daerah akan memugar dan mengambil alih pengelolaannya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Fungsi ini barhubungan saling bergantungan antara unsur-unsur dari suatu perangkat sehingga perangkat itu merupakan keutuhan dan membentuk sebuah struktur.Verhaar, mengatakan bahwa kategori sintaksis adalah apa yang sering disebut ‘kelas kata’ seperti nomina, verba, adjektifa, adverbia, adposisi (artinya, preposisi atay posposisi).
Pembahasan ragam bahasa tidak baku oleh penulis tidak akan secara lebar diterangkan, karena ragam bahasa baku merupakan sistem paradoks dari bahasa baku. Berdasarkan penggunaannya bahasa ini lebih banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dalam percakapan santai.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Syarat-syarat kalimat efektif adalah sebagai berikut: 1.Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya. 2.Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.
Sebuah paragraf dapat dikatakan baik apabila memenuhi unsur-unsur kohesi (kesatuan),dan koherensi (kepaduan). Syarat kalimat kohesi dan koherensi:1. Kalimatnya harus memiliki hubungan keterpaduan bentuk dan keterpaduan makna yang membahas satu gagasan utama.2. Hubungan antarkalimat harus satu kesatuan (padu).3. Harus memenuhi kriteria paragraf yang efektif.4. Memenuhi unsur-unsur paragraf yang kohesif dan koheren.
Saran
Setelah membaca materi tentang kalimat efektif dan penerapannya dalam karangan ilmiah semoga pembaca lebih dapat memahami isi materi yang telah di sampaikan.
Daftar Pustaka
Chaer,Abdul. (1984). Tata Bahasa Pendidikan Bahasa Indonesia. Laporan penelitian untuknpusat pembinaan dan pengembangan Bahasa. Bahasa Indonesia Baku. Jakarta: FPBS-IKIP Jakarta
Tukan,P.2005.Mahir Berbahasa Indonesia 2 untuk SMA/MA kelas IX Program Studi Bahasa.Jakarta:Yudistira
https://bagas.wordpress.com/2007/10/25/struktur-kalimat-bahasa-indonesia/
http://blifia.blogspot.com/2012/05/kohesi-dan-koherensi.html?=1
http://www.plengdut.com/2013/07/mengaplikasi-aspek-kohesi-dan-koheren.html?m=1
http://Pengertian, Ciri, dan Penggunaan Kalimat Efektif.html
Langganan:
Postingan (Atom)
Kalimat efektif dan penerapannya dalam karangan ilmiah
MENULIS DASAR KALIMAT EFEKTIF DAN PENERAPANNYA DALAM KARANGAN ILMIAH KELOMPOK 7 1.MARYANI (2017 112 020) 2.EVI SULASTRI...
-
MENGANALISIS TEKS RAGAM LISAN DAN TULIS SERTA MENEMUKAN PERBEDAAN RAGAM BAHASA LISAN DAN BAHASA TULIS Diajukan untuk memenuhi salah satu ...
-
MENGANALISIS PENGGUNAAN DIKSI DALAM TEKS KARANGAN ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah menulis dasar ...
-
MENULIS DASAR EMPAT KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA DAN BUDAYA MENULIS KELOMPOK 1 1.ANISA LESTAR I 2.YUNI ANGGRAINI...